Kalau ditanya soal “rusun”, mungkin sebagian dari kita langsung terbayang bangunan bertingkat yang mirip apartemen, tapi dengan nuansa lebih sederhana. Dan ya, rumah susun atau sering disingkat rusun memang bentuk hunian vertikal yang dibangun untuk menjawab masalah keterbatasan lahan, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Medan.
Saya pribadi mulai tertarik membahas rumah susun setelah ikut program relawan perkotaan beberapa tahun lalu. Saya sempat masuk ke salah satu unit rusunawa (rumah susun sewa) dan ngobrol dengan penghuninya. Ternyata, tinggal di rusun itu bukan soal “alternatif murah”, tapi juga tentang efisiensi ruang, komunitas, dan kesempatan punya kehidupan lebih tertata di tengah padatnya kota.
Rumah susun, secara hukum, diatur dalam UU No. 20 Tahun 2011. Intinya, rusun adalah bangunan bertingkat yang dibagi dalam unit-unit dan bisa dimiliki atau disewa, lengkap dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
Isi Rumah Susun: Fasilitas Umum dan Unit Hunian
Banyak yang mikir rusun itu sumpek, sempit, dan nggak layak huni. Tapi faktanya, banyak rusun sekarang yang fasilitasnya justru lebih lengkap dari perumahan biasa. Saya pernah survei ke Rusunawa Rawa Bebek di Jakarta Timur. Di sana ada:
-
Musholla
-
Tempat bermain anak
-
Taman kecil dan jogging track
-
Area cuci jemur komunal
-
Tempat sampah terpilah
-
Kios-kios UMKM
Unit huniannya sendiri biasanya tipe 21 atau 36, terdiri dari ruang tamu kecil, satu atau dua kamar, dapur, dan kamar mandi. Saya sempat masuk ke satu unit yang ditata rapi pakai rak gantung, pemisah tirai lipat, dan dekorasi minimalis seputar residence. Walaupun kecil, tapi nyaman banget.
Yang saya kagumi adalah semangat komunitas di sana. Ada kelompok pengajian, kelas menjahit, bahkan koperasi. Jadi bukan cuma tempat tinggal, tapi juga tempat tumbuh bareng.
Desain Rumah Susun yang Efisien dan Fungsional
Nah, ini bagian yang saya anggap krusial. Kalau desain rusun asal-asalan, hasilnya ya jadi “tempat numpang tidur aja”. Tapi kalau didesain baik, rusun bisa jadi hunian yang layak, sehat, dan menyenangkan.
Beberapa prinsip desain rusun yang saya pelajari dari arsitek komunitas:
-
Sirkulasi udara dan cahaya maksimal: Jendela besar, ventilasi silang, atap tinggi.
-
Efisiensi ruang: Gunakan furnitur multifungsi, partisi lipat, dan rak vertikal.
-
Area komunal yang hidup: Tempat duduk bersama, taman, dapur umum.
-
Desain tangga dan lift ramah lansia dan disabilitas
-
Bahan bangunan kuat dan tahan cuaca
Salah satu contoh bagus adalah rusun di Semper Barat yang mulai mengadopsi green design dengan pemanfaatan panel surya dan rooftop garden. Bahkan beberapa unit dilengkapi area menanam hidroponik di balkon mini mereka. Menurut PUPR, desain seperti ini bukan cuma meningkatkan kenyamanan, tapi juga mengurangi biaya hidup jangka panjang.
Keuntungan Tinggal di Rusun bagi Warga Kota
Saya pernah ngobrol dengan salah satu penghuni rusun di Pasar Rumput, namanya Pak Tri. Sebelumnya beliau tinggal di bantaran rel kereta, tapi setelah dipindahkan ke rusun, hidupnya jauh lebih tenang. “Dulu tidur selalu takut ditertibkan, sekarang bisa fokus nyari kerja,” katanya.
Keuntungan lain tinggal di rumah susun:
-
Lokasi strategis: Dekat transportasi umum dan pusat kota.
-
Harga sewa atau beli lebih terjangkau dibanding apartemen.
-
Komunitas sosial yang erat: Banyak kegiatan bareng tetangga.
-
Keamanan lebih terjaga: Ada petugas, CCTV, dan sistem akses.
-
Hemat listrik dan air: Karena fasilitasnya komunal dan diawasi.
Saya rasa, untuk keluarga muda atau pekerja harian yang ingin hidup lebih tertata, rumah susun adalah langkah awal yang realistis dan penuh harapan.
Rumah Susun di Jakarta: Proyek, Persebaran, dan Prioritas
Kalau kamu sering keliling Jakarta, pasti mulai sadar kalau banyak rusun baru yang dibangun dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa yang saya catat:
-
Rusun Pasar Rumput (Jakarta Selatan): Terintegrasi dengan pasar tradisional.
-
Rusunawa Nagrak (Cilincing): Proyek besar untuk relokasi warga.
-
Rusun Cakung Barat & Timur: Akses mudah ke jalur LRT.
-
Rusun KS Tubun (Jakarta Barat): Salah satu yang tertua, masih digunakan.
Menurut data Dinas Perumahan Rakyat DKI Jakarta, total ada lebih dari 30 lokasi rumah susun aktif yang disewakan ke masyarakat dengan tarif subsidi. Prioritasnya diberikan pada:
-
Warga terdampak penggusuran
-
Buruh dan pekerja sektor informal
-
Lansia dan difabel
-
Keluarga dengan penghasilan rendah
Yang menarik, pemerintah DKI juga mulai mengadopsi skema rusunami (rumah susun milik) agar warga bisa mencicil dan memiliki unit sendiri.
Mengapa Rusun di Jakarta Semakin Digalakkan Pemerintah
Alasan utama? Lahan makin sempit, jumlah penduduk terus naik.
Jakarta punya populasi hampir 11 juta orang (dan itu belum termasuk komuter). Sementara lahan hunian di tengah kota makin langka dan mahal. Solusinya: vertical housing alias rumah susun.
Pemerintah melihat ini sebagai win-win solution:
-
Relokasi warga ke hunian yang lebih manusiawi
-
Menghindari permukiman liar dan banjir
-
Efisiensi infrastruktur air, listrik, dan transportasi
-
Memaksimalkan lahan kosong milik pemerintah
Saya ikut beberapa forum diskusi tentang ini, dan memang perlu kerja sama semua pihak—mulai dari kontraktor, arsitek, hingga pengelola lingkungan. Yang penting, rusun jangan cuma dibangun lalu ditinggalkan. Harus dikelola dan dirawat.
Rumah Susun dalam Film: Lokasi Rumah Susun Pengabdi Setan 2
Ngomongin rumah susun nggak lengkap tanpa bahas Pengabdi Setan 2. Film itu sukses banget bikin banyak orang merinding, tapi juga penasaran: “Itu rusunnya beneran ada, ya?”
Ternyata lokasi syutingnya adalah Rusun Cempaka Putih yang sempat kosong sebelum direnovasi. Setting yang gelap, lorong panjang tanpa lampu, dan atmosfer sunyi itu emang nyata adanya. Saya sendiri pernah lewat sana waktu kondisi rusun belum ditempati lagi—dan ya, auranya memang agak spooky.
Tapi penting juga untuk tidak men-stigma rumah susun hanya sebagai tempat horor atau kengerian urban. Film itu emang hebat, tapi dalam kehidupan nyata, rusun bisa jadi tempat aman dan nyaman asal dikelola baik.
Isu dan Tantangan: Rumah Susun Bukan Solusi Satu-Satunya
Saya juga nggak mau terlalu mengagungkan rumah susun seakan-akan ini solusi ajaib. Faktanya, banyak tantangan yang harus dihadapi:
-
Pemeliharaan yang sering terbengkalai
-
Penghuni yang tidak disiplin menjaga fasilitas umum
-
Lambatnya pembangunan rusunami dibanding permintaan
-
Stigma masyarakat terhadap hunian vertikal “murah”
Saya pernah dengar juga tentang rusun yang liftnya mati berhari-hari, atau fasilitas bermain anak rusak tapi nggak diperbaiki. Ini jadi PR besar buat pengelola dan pemerintah agar kualitas rusun tidak turun seiring waktu.
Solusinya? Edukasi penghuni, pembentukan komunitas pengurus, dan dukungan dari lembaga sosial. Semua pihak harus merasa memiliki.
Kesimpulan: Rumah Susun Sebagai Alternatif Hunian Masa Depan di Perkotaan
Setelah banyak melihat langsung, ngobrol sama penghuni, dan mengikuti perkembangan rusun di Indonesia—saya bisa bilang: rumah susun bukan cuma alternatif, tapi bagian penting dari masa depan kota kita.
Hunian vertikal memang bukan solusi tunggal, tapi dia memberi harapan nyata bagi banyak keluarga untuk hidup lebih layak. Asalkan desainnya tepat, dikelola dengan cinta, dan penghuni ikut menjaga, rumah susun bisa jadi tempat tinggal yang nyaman, aman, dan membanggakan.
Saya sendiri akan terus mendukung ide rumah susun yang inklusif, ramah anak, dan menyatu dengan kota. Karena rumah yang baik bukan tentang seberapa luasnya, tapi tentang seberapa layak dan bahagianya orang yang tinggal di dalamnya.
Sama-sama bertingkat tapi beda budget, yang penting zaman sekarang punya lahan dulu ya: Apartemen Eksklusif: Hidup Mewah dan Nyaman di Jantung Kota