INCA Residence Seputar Residence Harga Rumah Pinggiran: Strategi Membeli Tengah Kenaikan Harga

Harga Rumah Pinggiran: Strategi Membeli Tengah Kenaikan Harga


Harga Rumah Pinggiran

Jakarta, incaresidence.co.id – Pagi itu, udara di kawasan pinggiran kota masih terasa segar. Burung-burung berkicau di pepohonan, lalu lintas masih lengang, dan deretan rumah baru dengan cat mengilap berdiri rapi. Gambaran ini menjadi daya tarik bagi banyak orang yang mulai lelah dengan riuhnya pusat kota.

Fenomena harga rumah pinggiran yang terus naik sebenarnya bukan hal baru. Di Jabodetabek, misalnya, kawasan seperti Bekasi, Tangerang Selatan, hingga Cibubur sudah sejak lama menjadi incaran pemburu rumah pertama. Alasannya sederhana: harga rumah di pusat kota kian melambung, sedangkan di pinggiran, pembeli masih bisa mendapatkan rumah dengan lahan lebih luas dan harga yang “masuk akal”—meskipun istilah itu relatif.

Menurut data sejumlah riset properti nasional, kenaikan harga rumah di pinggiran kota dalam lima tahun terakhir rata-rata mencapai 5–8% per tahun. Ini bukan hanya dipicu oleh keterbatasan lahan di pusat kota, tetapi juga oleh perkembangan infrastruktur seperti jalan tol, jalur KRL, dan LRT yang mempermudah akses ke pusat bisnis.

Seorang agen properti di Bekasi pernah berkata kepada saya, “Dulu orang membeli rumah di sini karena murah. Sekarang, alasan utamanya adalah akses transportasi yang makin gampang. Murah? Nggak selalu.”

Faktor yang Mendorong Kenaikan Harga Rumah Pinggiran

Harga Rumah Pinggiran

Membicarakan harga rumah tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor ekonomi dan sosial yang memengaruhinya.

2.1 Infrastruktur dan Aksesibilitas

Setiap kali ada pengumuman pembangunan tol baru, bisa dipastikan harga tanah dan rumah di kawasan yang dilewati akan melonjak. Lihat saja kawasan sekitar Tol Cikampek II atau Tol Serpong–Balaraja. Sebelum proyek dimulai, harga tanah masih di bawah Rp3 juta per meter persegi. Begitu tol resmi dibuka, kenaikannya bisa 20–30% hanya dalam satu tahun.

2.2 Migrasi Penduduk dan Urban Sprawl

Pertumbuhan penduduk di kota besar mendorong urban sprawl—meluasnya wilayah hunian ke pinggiran. Generasi milenial yang ingin punya rumah sendiri, tetapi terhalang harga pusat kota, akhirnya memilih lokasi yang lebih jauh namun terjangkau.

2.3 Perubahan Gaya Hidup

Pandemi membuat banyak orang menyadari pentingnya ruang yang lebih luas. Rumah di pinggiran, dengan halaman untuk berkebun atau ruang tambahan untuk bekerja dari rumah, menjadi pilihan menarik.

2.4 Investasi Properti

Banyak investor melihat pinggiran kota sebagai “ladang emas” berikutnya. Mereka membeli rumah bukan untuk ditinggali, tetapi untuk dijual kembali atau disewakan. Efeknya, permintaan meningkat dan harga ikut terkerek.

Anekdot menarik datang dari seorang kawan yang membeli rumah di pinggiran Tangerang tahun 2017 seharga Rp450 juta. Lima tahun kemudian, tanpa renovasi besar, rumah itu laku Rp720 juta. Katanya sambil tertawa, “Saya nggak tahu rumah ini jadi lebih cantik atau harga pasar aja yang lagi gila.”

Kisaran Harga Rumah Pinggiran di Berbagai Kota

Harga rumah pinggiran bervariasi tergantung kota, infrastruktur, dan fasilitas sekitar.

  • Jabodetabek: Untuk rumah tipe 36–45 di kawasan Bekasi atau Depok, harga mulai Rp500–700 juta. Di Tangerang Selatan atau BSD, tipe serupa bisa tembus Rp800 juta hingga Rp1,2 miliar.

  • Bandung Raya: Kawasan Cimahi dan Padalarang menawarkan harga mulai Rp400 juta, namun akses tol membuatnya cepat naik.

  • Surabaya dan Sekitarnya: Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto menjadi pilihan dengan harga mulai Rp450–650 juta.

  • Medan: Kawasan Deli Serdang dan Binjai menawarkan rumah baru tipe 45 mulai Rp350 juta.

Harga ini tentu saja fluktuatif, apalagi jika ada faktor pendorong seperti pembukaan mal baru atau kampus besar di sekitar lokasi.

Seorang pengembang di Sidoarjo mengaku, “Begitu ada kabar bandara Kertajati mulai beroperasi penuh, telepon dari calon pembeli langsung naik 30%. Mereka takut ketinggalan harga sebelum melonjak.”

Strategi Cerdas Membeli Rumah di Pinggiran

Membeli rumah di pinggiran bukan sekadar memilih lokasi yang jauh dari pusat kota. Ada strategi khusus yang bisa membuat pembelian lebih menguntungkan.

4.1 Beli Sebelum Infrastruktur Rampung

Harga rumah biasanya naik signifikan setelah proyek infrastruktur selesai. Membeli saat proyek masih dalam tahap pembangunan bisa memberi keuntungan investasi.

4.2 Perhatikan Rencana Tata Ruang

Pastikan kawasan tersebut masuk zona hunian dan tidak berada di jalur proyek yang bisa mengganggu kenyamanan, seperti pabrik besar atau jalan arteri baru.

4.3 Pilih Pengembang Terpercaya

Banyak kasus rumah terbengkalai karena pengembang gagal membangun sesuai janji. Cek rekam jejak proyek mereka sebelumnya.

4.4 Hitung Biaya Transportasi

Rumah murah di pinggiran bisa menjadi mahal jika biaya transportasi harian ke kantor menguras dompet. Hitung waktu tempuh dan ongkos sebelum memutuskan.

4.5 Cek Akses Fasilitas Umum

Rumah dengan akses dekat sekolah, rumah sakit, dan pasar biasanya lebih cepat naik harganya.

Seorang pembeli di Depok berbagi pengalamannya: “Saya awalnya tergoda rumah murah di ujung Cibinong. Tapi setelah hitung-hitung, ongkos bensin dan waktu tempuh ke kantor bikin saya pikir dua kali.”

Prospek Harga Rumah Pinggiran di Masa Depan

Melihat tren saat ini, harga rumah pinggiran kemungkinan besar akan terus naik, meskipun kenaikannya bisa melambat di tengah kondisi ekonomi tertentu. Faktor pendorong utama di masa depan meliputi:

  • Pengembangan Infrastruktur Terintegrasi: Proyek LRT, MRT, dan tol yang menghubungkan pinggiran ke pusat kota.

  • Pertumbuhan Kawasan Industri: Banyak kawasan industri baru dibangun di pinggiran untuk mengurangi kepadatan di pusat kota.

  • Perubahan Gaya Kerja: Tren work from anywhere membuat lokasi tidak lagi jadi kendala utama.

  • Inovasi Perumahan: Pengembang mulai menghadirkan konsep rumah hijau, smart home, hingga hunian dengan area komunal yang menarik bagi generasi muda.

Jika kita melihat ke negara-negara maju, pinggiran kota justru menjadi kawasan premium karena kualitas hidupnya yang lebih tinggi. Bukan tidak mungkin, tren serupa akan terjadi di Indonesia dalam 10–15 tahun ke depan.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Seputar Residence

Baca Juga Artikel Dari: Legalitas Sertifikat Rumah: Kunci Tinggal dan Investasi Properti

Author