Saya masih ingat betul momen ketika akhirnya memutuskan untuk berhenti ngontrak dan mulai berburu rumah. Saat itu, saya belum tahu banyak soal KPR Residence alias Kredit Pemilikan Rumah. Tapi yang jelas, saya tahu satu hal: harga rumah makin tahun makin nggak masuk akal. Kalau nunggu cash lunas? Mungkin sampai rambut ubanan pun belum tentu kesampaian.
Untungnya, saya ketemu dengan sistem KPR residence yang bukan hanya bikin proses jadi lebih terjangkau, tapi juga terasa manusiawi. Nggak cuma angka-angka, tapi juga rasa aman kalau suatu saat keadaan keuangan naik turun.
Nah, kali ini saya pengen banget cerita dari A sampai Z tentang pengalaman saya ngurus KPR rumah di salah satu residence. Buat kamu yang lagi galau, semoga artikel ini jadi titik terang dan panduan nyata ya!
Kenapa Saya Pilih KPR Residence?
Jujur, awalnya saya agak skeptis. Kata teman-teman, ngurus KPR itu ribet. Dokumen seabrek, proses bisa makan waktu berbulan-bulan. Tapi ternyata, sistem KPR di banyak residence sekarang udah jauh lebih simpel — terutama kalau kita pilih developer yang kredibel.
Saya pribadi pilih residence yang sudah kerja sama dengan beberapa bank besar. Jadi proses verifikasi pengajuan KPR langsung bisa diurus barengan saat saya booking unit. Ini beberapa alasan kenapa saya pilih sistem KPR residence:
-
Bunga kompetitif
-
DP bisa dicicil
-
Developer bantu proses ke bank
-
Jangka waktu fleksibel, hingga 20–25 tahun
-
Lokasi strategis, dekat pusat kota
Dan yang paling penting? Saya nggak harus muter-muter ngurus semua sendirian. Ada marketing, ada konsultan KPR yang dampingin.
Apa Itu KPR Residence?
Buat kamu yang belum terlalu paham, KPR residence itu pada dasarnya adalah KPR biasa, tapi disediakan langsung oleh developer perumahan seputar residence yang sudah kerja sama dengan bank tertentu.
Dengan sistem ini, kamu bisa langsung pilih unit, bayar booking fee, lalu mulai urus dokumen KPR Residence. Nggak perlu datang ke kantor bank dulu. Semuanya difasilitasi di tempat. Bahkan beberapa developer punya sistem in-house KPR, tanpa lewat bank. Tapi ini beda ya — nanti kita bahas juga.
Proses Langkah demi Langkah: Realistis tapi Nggak Ribet
Waktu saya memutuskan ambil rumah, saya diberi panduan langkah demi langkah. Saya tulis ulang di sini biar kamu juga kebayang:
1. Pilih Unit dan Bayar Booking Fee
Biasanya booking fee Rp 1–5 juta, tergantung harga rumah. Ini biar unit kita nggak diambil orang.
2. Siapkan Dokumen
Berikut dokumen yang saya siapkan:
-
KTP suami-istri
-
NPWP
-
Slip gaji 3 bulan terakhir
-
Rekening koran 3 bulan terakhir
-
Surat keterangan kerja
-
Fotokopi KK & buku nikah
3. Pengajuan ke Bank
Tim marketing bantu kirimkan dokumen ke bank yang kerja sama. Saya diajak meeting dengan pihak bank untuk verifikasi.
4. Survey dan Appraisal KPR Residence
Pihak bank akan cek lokasi rumah dan menentukan nilai wajar properti.
5. Approval dan Tanda Tangan Kredit
Kalau semua lancar, kita dapat SP3K (Surat Persetujuan Kredit), lalu lanjut ke akad kredit.
6. Cair Dana, Mulai Cicilan
Bank cairkan dana ke developer, dan kita mulai cicilan bulanan sesuai jangka waktu yang dipilih.
Tips dari Pengalaman Pribadi
Jangan Takut Nego!
Saya berani negosiasi untuk DP. Akhirnya saya dapat DP 10% yang bisa dicicil 6 kali. Bahkan saya dapet promo bebas biaya KPR Residence dari developer karena ikut pameran properti.
Pilih Bank yang Cocok
Tiap bank punya bunga dan sistem approval yang beda. Saya pilih bank yang kasih bunga tetap 5 tahun, lalu bunga mengambang. Saya juga perhatikan apakah bisa bayar lebih cepat tanpa penalti.
Simulasi Cicilan KPR Residence Itu Penting
Jangan asal ambil 20 tahun karena cicilannya kecil. Hitung juga total bunga yang harus kamu bayar. Kalau sanggup, ambil 10–15 tahun.
KPR Konvensional vs KPR Syariah: Mana yang Saya Pilih?
Saya sempat bingung juga antara dua jenis ini. Akhirnya saya pelajari perbedaannya.
KPR Residence Konvensional:
-
Bunga tetap/variabel
-
Mengacu pada BI rate
-
Ada penalti pelunasan cepat
KPR Residence Syariah:
-
Sistem bagi hasil atau murabahah
-
Tidak mengenal bunga
-
Cicilan tetap sepanjang tenor
Saya sendiri pilih yang konvensional karena dapat promo bunga rendah dari bank partner developer. Tapi kalau kamu menghindari sistem bunga, KPR Syariah bisa jadi pilihan oke.
Fakta Menarik yang Saya Temukan
Selama proses, saya juga nemu beberapa fakta menarik yang bikin saya makin yakin:
-
Banyak developer sekarang kasih promo bunga 0% selama 1 tahun
-
Beberapa developer kasih subsidi DP atau bahkan tanpa DP
-
Sistem kredit express, bisa approve dalam 3 hari kerja!
-
KPR bisa gabung penghasilan suami-istri, asal keduanya berpenghasilan tetap
In-House KPR Residence: Alternatif untuk Kamu yang Kesulitan di Bank
Sempat juga saya ditawarin sistem in-house KPR Residence, alias kredit langsung ke developer tanpa campur tangan bank. Cocok buat kamu yang:
-
Punya pekerjaan informal (freelance, UMKM, tanpa slip gaji)
-
Punya riwayat BI Checking kurang bagus
-
Ingin proses lebih cepat
Tapi ada catatannya:
-
Tenor lebih pendek (biasanya 5–10 tahun)
-
Cicilan lebih besar
-
DP lebih tinggi
Saya pribadi nggak ambil opsi ini karena alurnya kurang panjang buat saya. Tapi kalau kamu butuh rumah cepat dan nggak bisa tembus bank, ini bisa jadi solusi.
Apakah Bisa Ambil KPR Residence Sambil Masih Kredit Kendaraan?
Ini juga sempat jadi pertanyaan saya. Jawabannya: bisa, tapi harus dihitung Debt Service Ratio (DSR).
DSR itu rasio antara total cicilan kita dibanding penghasilan bulanan. Idealnya maksimal 30–40%. Jadi kalau penghasilan kamu Rp10 juta, total cicilan (motor, mobil, rumah) maksimal Rp3–4 juta per bulan.
Kalau melebihi itu, pengajuan bisa ditolak. Tapi bisa juga disiasati dengan gabung penghasilan pasangan.
Biaya Tambahan yang Sering Terlupakan
Waktu mau akad kredit, saya sempat shock karena ada beberapa biaya tambahan:
-
Biaya notaris
-
Biaya balik nama (AJB)
-
Biaya asuransi jiwa dan rumah
-
Provisi bank (biasanya 1% dari pinjaman)
-
Administrasi (Rp300 ribuan)
Jadi penting banget siapkan dana tambahan 5–10% dari harga rumah untuk biaya ini.
Gaya Hidup dan Mindset Baru Setelah Ambil KPR Residence
Setelah KPR Residence disetujui dan cicilan jalan, saya mulai ubah gaya hidup. Bukan berarti hidup jadi menderita, tapi saya lebih disiplin soal keuangan.
-
Setiap bulan, cicilan selalu diutamakan
-
Menghindari utang konsumtif lain
-
Mulai belajar investasi untuk jangka panjang
-
Punya dana darurat minimal 3x cicilan
Dan jujur, rasanya ada kebanggaan tersendiri karena akhirnya bisa punya rumah sendiri. Rumah pertama memang nggak harus mewah, tapi cukup buat jadi pondasi masa depan.
Risiko KPR Residence: Harus Disadari Sejak Awal
Nggak semua soal manis ya. Ambil KPR Residence juga punya risiko:
-
Kalau kehilangan pekerjaan, bisa gagal bayar
-
Kalau bunga naik, cicilan bisa melonjak (kecuali bunga tetap)
-
Kalau rumah belum ready stock, bisa terjadi keterlambatan pembangunan
Makanya penting banget punya perencanaan matang dan kerja sama dengan developer tepercaya.
Saran dari Saya Buat Kamu yang Lagi Galau Ambil KPR
-
Datang ke pameran properti, banyak promo gila-gilaan di situ
-
Bandingkan lebih dari 1 bank
-
Hitung kemampuan bayar kamu dengan jujur
-
Jangan terlalu tergoda DP 0%, pastikan kamu bisa bayar cicilan jangka panjang
-
Ajukan KPR bersama pasangan kalau memungkinkan
Kesimpulan: KPR Residence Itu Realistis dan Bisa Banget!
Dulu saya pikir punya rumah itu cuma buat orang kaya. Tapi ternyata, dengan perencanaan yang bener dan sedikit usaha ekstra, KPR residence bisa jadi solusi yang mudah dan realistis.
Nggak perlu tunggu usia 40-an untuk punya rumah. Mulai dari sekarang, sambil terus belajar dan cari info.
Kalau saya bisa, kamu juga bisa.
Baca juga artikel berikut: Unit Rumah Customizable: Wujudkan Rumah Sesuai Impian